Kamis, 02 Juni 2011

Gangguan Prostat Jika Kencing Tak Lagi Lancar


Seiring pertambahan usia, kelenjar prostat pada pria biasanya akan membesar. Gangguan lain seperti kanker prostat pun mengintai. Bagaimana mencegah dan mengatasinya?






Gejala Mirip
Selain pembesaran prostat jinak atau BPH, gangguan atau penyakit prostat lainnya adalah kanker prostat dan prostatitis (radang prostat). Baik BPH, kanker prostat, dan prostatitis memiliki gejala yang hampir mirip, antara lain sering kencing di malam hari, pancaran kencing melemah, kencing sering kali harus mengejan dan terputus-putus, akhir kencing tidak tuntas, kencing menetes, dan lain-lainnya.
Meski mirip, gejala pembesaran prostat dan kanker prostat tidak menimbulkan rasa sakit, berbeda dengan prostatitis yang lebih sering menimbulkan rasa sakit dan terasa cenut-cenut  di daerah kelamin pria. Prostatitis terasa sakit dan intensitasnya tergantung akut atau kronisnya penyakit. Kalau akut, sakitnya luar baisa, Kalau kronik terus terasa seperti pegal di derah kelamin.
Penyebab pasti kanker prostat belum diketahui sampai saat ini, namun diketahui ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker prostat. Beberapa faktor risiko kanker prostat antara lain usia di atas usia 50 tahun, memiliki riwayat kanker prostat di dalam keluarga, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta obesitas. “Meski tidak diketahui secara pasti, secara umum konsumsi daging merah yang berlebihan juga meningkatkan risiko kanker prostat. Begitu juga gorengan yang tinggi kolesterol,” jelas Marto. Kebanyakan, pertumbuhan kanker prostat cukup lambat dan tanpa gejala pada stadium dini.
Penyebab prostatitis atau radang prostat dibagi menjadi bakterial dan nonbakterial. Penyebab bakterial adalah bakteri. “Sementara penyebab nonbakterial bisa karena makanan atau kimia, meskipun jarang ditemukan penyebab persisnya,” kata Marto. Prostatitis biasanya menyerang pria yang agak muda, mulai usia 20 – 40 tahun. Sementara pria usia 40 tahun ke atas cenderung mengalami BPH dan pria berusia 60 - 70 tahun cenderung terkena kanker prostat. “Tetapi, tidak ada bukti bahwa prostatitis ada kaitannya dengan kanker, juga tidak ada bukti bahwa BPH ada kaitannya dengan kanker prostat,” lanjutnya. Prostatitis pengobatan dengan antibiotik.


Dual Terapi
Penanganan pembesaran prostat jinak bisa dilakukan dengan terapi obat atau bedah/operasi. Seandainya keluhannya sangat ringan dan hasil pemeriksaan lainnya menunjukkan hasil baik, mungkin saja pasien hanya diberikan advis untuk mengubah atau menjalankan pola makan atau gaya hidup yang baik. “Akan tetapi, kalau keluhan yang muncul lebih berat dan pasien merasa kualitas hidupnya terganggu, biasanya dokter akan memberikan pengobatan dual terapi,” jelas  Marto. Dual terapi adalah pemberian obat jenis  alfa blocker  dan alfa reductase inhibitor . Alfa blocker  untuk merelaksasikan otot-otot di prostat sehingga saluran bisa lebih lancar, sementara alfa reductase inhibitor bisa mengecilkan prostat.
Seandainya dual terapi ini tidak juga mampu memberikan kemanfaatan maksimal, barulah pasien dianjurkan untuk menjalani operasi. “Atau jika kondisi pasien tiba-tiba menurun dan kencingnya mampat. Kalau ini yang terjadi, biasanya perlu operasi pengerokan prostat. Prinsip operasi ini adalah mengerok bagian tengah dari prostat untuk melebarkan saluran uretra,” lanjutnya.
Penanganan kanker prostat tergantung stadium, usia pasien, dan kondisi umum pasien. Pengobatan dapat merupakan salah satu atau kombinasi dari operasi, radioterapi, kemoterapi dan terapi hormon. “Jika kanker prostat ditemukan pada stadium dini, pasien bisa diberikan pilihan untuk operasi pengangkatan prostat atau radioterapi untuk menghilangkan bibit kanker prostatnya. Masalahnya, di Indonesia, lebih dari 50 persen kanker prostat biasanya ditemukan bukan pada stadium dini,” kata Marto. Padahal, semakin dini kanker prostat ditemukan dan diobati dengan tepat, maka kemungkinan untuk sembuh akan semakin besar.


Kekuatan Tomat
Pemeriksaan dan deteksi dini akan sangat membantu pencegahan kanker prostat. Pemeriksaannya meliputi konsutasi ke spesialis urologi, colok dubur, USG, dan prostat spesifik antigen (PSA) atau tumor marker. PSA adalah protein di darah yang bisa naik jika terjadi pembesaran darah yang bermakna atau jika ada keganasan di prostat.
Namun, Marto mengingatkan, hasil PSA yang meningkat belum pasti karena kanker prostat. Pembesaran jinak prostat (BPH) dan infeksi saluran kencing atau radang prostat (prostatitis) juga bisa meningkatkan PSA. “Bagi kelompok risiko tinggi (pria dengan faktor risiko), sebaiknya pemeriksaan dilakukan sejak usia 40 tahun atau sesuai rekomendasi dokter spesialis urologi,” tambah Marto.
Selain itu, untuk mencegah gangguan kelenjar prostat, gaya hidup dan pola makan sehat juga dianjurkan. Misalnya, banyak mengonsumsi makanan berserat seperti buah-buahan dan sayuran. Tomat juga disebut-sebut bagus dikonsumsi karena banyak mengandung lycopene. “Obat dual terapi juga bagus untuk pencegahan, karena bisa mengurangi dan mencegah risiko gangguan prostat, termasuk pembesaran dan kanker prostat,” kata Marto. 


Sumber : NOVA

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...