Senin, 22 Agustus 2011

Zakat untuk Mengentaskan Kemiskinan

Fantastis, Potensi Zakat Dunia Rp 6.000 Triliun

Apa sih zakat itu? Sejak kapan kenalan sama zakat? Paham tidak bagaimana proses berzakat? Pertanyaan yang bertubi-tubi menggiring saya mencari tahu tentang zakat. Saya paham dan merasa mampu melaksanakannya. Tetapi, saya kok tidak rela untuk menitipkan zakat pada wadah resmi itu? Ada apa? Kenapa?
Pasti ada yang salah jika saya  merasa seperti itu. Bisa jadi saya yang bersangka buruk, bisa jadi pikiran saya tentang wadah resmi itu tidak sepenuhnya benar. Beberapa kali saya mencoba tutup mata dan hendak menunaikan perzakatan saya melalui wadah resmi, tapi lagi-lagi saya gagal. Hati dan pikiran saya tidak seia sekata. Mereka berkelahi! Lalu, saya memutuskan untuk menyalurkan sendiri zakat yang ada. Hla? Daripada saya tidak sejahtera setelah menitipkan zakat pada mereka?
Hitungannya bagaimana? Ya saya ikuti saja, katanya 2.5% toh? Saya tidah mau ribet dengan perhitungan yang njlimet itu. Yang penting, berapa pun rejeki yang didapat langsung saja sisihkan 2.5%. Dan itu dari pendapatan kotor dan aset yang ada, ada yang bilang sih dari pendapat bersih setelah dikurang ini dan itu, tetapi saya pikir 2.5% dari pendapatan kotor pun belum bikin miskin kok, terus kenapa juga ribet sama hitungan yang njlimet? Menurut saya, hitungan yang njlimet itu mungkin cuma cocok bagi orang-orang yang kekayaannya sudah berlimpah dan jika dia membayar zakat maka jumlahnya terlihat besaaaaar sekali sehingga harus diperhitungkan dengan baik dan benar. Bisa saja pendapat saya ini salah, karena ada yang pernah bilang, kalau saya keukeuh dengan cara saya ini, maka namanya sedekah bukan zakat. Nah, pada kesempatan ini, boleh deh teman-teman berbagi dengan saya, apakah yang saya lakukan ini sudah boleh dikategorikan sebagai berzakat atau memang cuma sedekah?
Zakat yang saya kumpulkan setiap ada rejeki itu, penyalurannya pun tidak tentu, tapi jelas karena saat Ramadhan tiba semua zakat itu harus sudah jadi NOL lagi. Kok begitu? Iya, saya tidak mau menyimpannya, tepatnya takut menyimpannya. Pernah baca berita tentang seorang artis yang kehilangan uang lebih banyak, dan saat itu dia teringat gara-gara menunda menyalurkan uang zakat yang sudah ada. Serem \’kan? Dan saya tidak ingin seperti mengalami hal itu.
Ah, zakat!  Pikiran saya menerawang jauh, seandainya semua umat muslim mau berzakat, lalu seandainya wadah resmi itu dapat dipercaya sepenuhnya, dan mengelola semua zakat yang masuk dengan baik dan benar, saya kok yakin takkan ada umat Muhammad yang hidup dalam kemiskinan seperti sekarang ini. Apalagi jika pembagian zakatnya tidak melulu dalam bentuk sembako.
Dalam angan-angan saya, zakat itu dibagikan dalam bentuk KAIL, entah itu hewan ternak, ataupun modal usaha.  Tentu saja pelaksanaannya harus dipantau, mereka-mereka yang menerima kail itu harus dibimbing agar kelak bisa mandiri, dan jika sudah mandiri bisa membantu memberikan kail yang sama untuk orang lain. Semacam estafet begitu deh kalau di lari maraton. Dari uang zakat saya yakin lho pengentasan kemiskinan di Indonesia ini tidak usah merepotkan pemerintah yang sebenarnya wajar saja sih repot mengurusi rakyatnya.  Tapi kita toh sudah sama-sama mahfum keadaan negeri ini, dan rasanya menumbuhkan pengharapan dari saudara seiman yang sudah berada di wadah resmi itu lebih tepat.
Apalagi, jika SDM (sumber daya manusia) yang bekerja di wadah resmi itu semuanya relawan, sehingga tidak perlu ada anggaran khusus untuk menggaji mereka, karena setahu saya anggaran untuk menggaji orang-orang yang mengelola wadah resmi itu juga lumayan lho jumlahnya. Kenapa tidak  mengkaryakan orang-orang yang sudah pensiun atau masih magang misalnya? Jika ada orang-orang profesional yang mau bergabung secara gratis, tentu jauh lebih baik lagi.  Anggap saja itu investasi mereka untuk kehidupan di akhirat nanti.
Sepertinya angan saya berjalan sudah terlalu jauh, karena wadah resmi itu masih banyak campur tangan penguasa yang merasa berkepentingan, duh kok saya tidak berkhusnudzon saja sih? Ya sudahlah, saya akan melakukan apa yang mampu saya lakukan sekarang ini, dan Ramadhan sudah di penghujung waktu. Sudah saatnya mengosongkan rekening zakat yang ada, bagaimana dengan anda?

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...